Suction Orofaringeal, ETT, Tracheostomy










MEMPERTAHANKAN JALAN NAFAS

MEMPERTAHANKAN KEPATENAN JALAN NAFAS

Terdapat tiga tipe intervensi yang digunakan untuk mempertahankan kepatenan kepatenan jalan nafas yaitu teknik batuk, pengisapan, dan insersi jalan nafas buatan.

1. Teknik batuk

Rangkaian normal peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam penutupan glotis, kontraksi otot-otot ekspirasi, dan pembukaan glotis. Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan diameter jalan nafas memungkinkan udara melewati sebagian plak lender yang mengobstruksi atau melewati benda asing lain. kontraksi otot-otot ekspirasi yang melawan glotis yang menutup menyebabkan terjadinya tekanan intratoraks yang tinggi. Saat glotis membuka aliran udara yang besar keluar dengan kecepatan tinggi, memberikan mukus kesempatan untuk untuk bergerak ke jalan nafas bagian atas, tempat mucus dapat dicairkan dan ditelan. Keefektifan batuk klien dievaluasi dengan melihat apakah ada sputum cair (ekspektorasi sputum), laporan klien tentang sputum yang ditelan, atau terdengarnya bunyi nafas tambahan yang jelas saat klien diauskultasi.

Teknik batuk mencakup teknik nafas dalam dan batuk untuk klien pascaoperasi, batuk cascade, batuk huff, dan batuk quad. Batuk cascade : klien mengambil nafas dalam dengna lambat dan menahannya selama dua detik sambil mengontraksikan otot-otot ekspirasi, kemidian klien membuka mulut dan melakukan serangkaian batuk melalui ekshalasi. Batuk huff menstimulasi batuk refleks alamiah dan umumnya efektif hanya untuk hanya untuk membersihkan jalan nafas pusat. Saat mengeluarkan udara klien membuka glotis dengan mengatakan huff. Sedangkan batuk quad digunakan untuk klien tanpa control otot abdomen, seperti pada klien yang mengalami cedera medulla spinalis. Saat klien ekspirasi secara maksimal, klien atau perawat mendorong ke luar dan ke atas pada otot-otot abdomen melalui diafragma sehingga menyebabkan batuk.

2. Teknik pengisapan

Ada tiga teknik pengispan primer yaitu :

a. Pengisapan orofaring dan nasofaring : Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan sekresi dengna mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah klien batuk.

b. Pengisapan nasotrakea dan orotrakea : dibutuhkan pada klien dengan sekresi pulmonary yang tidak mampu batuk dan tidak menggunakan jalan nafas buatan. Prosedur pelaksanaan sama dengan prosedur pengisapan nasofaring, tetapi ujung kateter diinsersikan lebih jauh kepada tubuh klien supaya dapat mengisap trakea. Keseluruhan prosedur mulai memasukkan kateter sampai mengeluarkannya tidak boleh lebih dari 15 detik karena oksigen tidak mencapai paru-paru selama pengisapan.

c. Pengisapan jalan nafas buatan : diindikasikan untuk klien yang mengalami penurunan tingkat kesadaran, klien yang menngalami obstruksi jalan nafas, klien yang menggunakan ventilasi mekanis, dan mengangkat sekresi trakea-bronkial.

3. Insersi jalan nafas buatan

Bentuk jalan nafas buatan ada tiga macam yaitu:

a. Pengisapan trakea; dengan menginsersikan kateter pengisap dengan diameter tidak boleh lebih dari setengah diameter internal jalan nafas buatan. Selain itu, sewaktu menginsersi kateter jangan pernah melakukan pengisapan, hal ini untuk menghindari trauma.

b. Jalan nafas oral; untuk mencegah obstruksi trakea dengan memindahkan lidah ke dalam orofaring. Jalan nafas ini diinsersikan dengan menekuk lekukannya kearah pipi dan menempatkannya di atas lidah. Saat jalan nafas di dalam orofaring, perawat membelokkannya sehingga muaranya mengarah ke bawah.

c. Jalan nafas trakea; meliputi selang endotrakea, selang nasotrakea, dan selang trakea. Selang-selang ini memungkinkan akses yang mudah ke trakea klien sehingga pengisapan trakea dapat dilakukan dengan dalam. Karena ada jalan nafas buatan, mukosa trakea klien tidak lagi dihumidifikasi secara normal. Perawat harus memastikan bahwa nafas dilembabkan dengan melakukan nebulisasi atau dengan sistem pemberian sistem oksigen.

Komentar

Postingan Populer