LP PENGUKURAN JVP (JUGULAR VENOUS PULSE)
oleh, Amye Hutagalung, 0906510621

Pendahuluan
Distensibilitas vena-vena di leher dapat memperlihatkan adanya perubahan volume dan tekanan di dalam atrium kanan. Terdapat 2 buah vena jugularis pada leher yaitu vena jugularis interna dan vena jugularis eksterna. Pemeriksaan JVP menunjukkan keadaan ‘input’ jantung. Vena jugularis yang biasa digunakan yakni vena jugluaris interna karena berhubungan langsung dengan vena cava superior dan atrium kanan. (Waskito, 2008)

Tekanan normal pada atrium kanan ekuivalen dengan tekanan kolom darah setinggi 10-12 cm. Jadi, apabila pasien berdiri atau duduk tegak, vena jugularis interna akan kolaps dan bila pasien berbaring, vena terisi penuh. Bila pasien berbaring sekitar 45°, maka pulsasi vena jugularis akan tampak tepat di atas klavikula; maka posisi ini digunakan untuk pemeriksaan denyut vena jugularis (JVP) (Gambar 1). Kepala pasien diletakkan pada bantal, dengan leher fleksi dan pandangan lurus ke depan. Sebaiknya tidak menegangkan muskulus sternomastoid, karena vena jugularis interna tepat berada di bawahnya. (Waskito, 2008)






Gambar 1. Pemeriksaan JVP. Pasien
berbaring supinasi 45°, pulsasi jugularis
terlihat tepat di atas klavikula

Perbedaan antara denyut vena jugularis dengan arteri karotis

Venous
• Berdenyut ke dalam
• Dua puncak dalam satu siklus (pada irama sinus)
• Dipengaruhi oleh kompresi abdomen
• Dapat menggeser earlobes (bila tekanan vena meningkat)
Arterial
• Berdenyut keluar
• Satu puncak dalam satu siklus
• Tidak dipengaruhi oleh kompresi abdomen
• Tidak menggeser earlobes

Tujuan
Adapun tujuan dari pengukuran JVP antara lain:
1. Mengetahui ada tidaknya distensi vena jugular (JVD)
2. Memperkirakan tekanan vena sentral (central venous pressure)

Kompetensi Dasar
Bila denyut vena jugularis telah ditemukan, maka tentukan tinggi pulsasi di atas level atrial dan bentuk gelombang pulsasi vena jugularis. Karena tidak mungkin dapat melihat atrium kanan, maka dianggap sama dengan tinggi pulsasi vena jugularis di atas sudut manubriosternal (Gambar 2). Tinggi sudut manubriosternal di atas mid-right atrium selalu konstan, walaupun pasien dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. JVP yang normal adalah kurang dari 4 cm di atas sudut manubriosternal. (Waskito, 2008)

Gambar 2. Hubungan antara JVP,
atrium kanan dan manubriosternal
angle

Pada pasien dengan JVP yang sangat tinggi (mis. pada pericardial tamponade atau
constrictive pericarditis), vena jugularis interna dapat terisi penuh saat pasien berbaring 45°,
sehingga pasien perlu didudukkan untuk dapat melihat ujung pulsasi. Bila JVP terlihat di atas klavikula pada saat pasien duduk tegak, maka artinya tekanan JVP meningkat. Pada saat pasien duduk tegak, kadang-kadang tidak adekuat untuk memeriksa tekanan vena yang sangat tinggi. Maka pasien diminta untuk menaikkan tangan sampai vena di belakang tangan kolaps dan periksalah perbedaan tinggi tangan dengan atrium kanan atau sudut sternum. Contoh bentuk gelombang tekanan jugular dapat dilihat pada Gambar 3. (Waskito, 2008)
Bentuk gelombang yang abnormal terjadi pada tricuspid regurgitation, yaitu gelombang sistoliknya besar sehingga dapat teraba dan tidak dapat hilang bila ditekan dengan jari. Penyebab peningkatan tekanan JVP adalah payah jantung kongestif, dimana peningkatan tekanan vena menunjukkan kegagalan ventrikel kanan. Peningkatan JVP yang tidak pulsatif, menunjukkan kemungkinan adanya obstruksi vena kava superior. (Waskito, 2008)
Gambar 3. Berbagai jenis gelombang JVP
Penyebab dan ciri-ciri peningkatan JVP
Sering
• Payah jantung kongestif
• Tricuspid reflux
• Bentuk gelombang normal
• Gelombang ‘V’ yang besar
Agak jarang
• Pericardial tamponade
• Massive pulmonary embolism
• Peningkatan tekanan vena, pola gelombang sulit ditentukan karena pasien menjadi hipotensi bila duduk
Jarang
• Superior caval obstruction
• Constrictive pericarditis
• Tricuspid stenosis
Alat dan Bahan
• 2 buah penggaris (skala sentimeter)
• Senter

Prosedur
1. Atur klien pada posisi supine dan relaks.
2. Tempat tidur bagian kepala ditinggikan:
o 15° - 30° (Luckman & Sorensen, 1993, p 1112; Lanros & Barber, 1997, p. 141), atau
o 30° - 45° (LeMone & Burke, 2000, p. 1188), atau
o 45° - 90° — pada klien yang mengalami peningkatan tekanan atrium kanan yang cukup bermakna (Luckman & Sorensen, 1993, p 1112).
3. Gunakan bantal untuk menopang kepala klien dan hindari fleksi leher yang tajam.
4. Anjurkan kepala klien menengok menjauhi arah pemeriksa.
5. Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau thorak bagian atas.
6. Gunakan lampu senter dari arah miring untuk melihat bayangan (shadows) vena jugularis. Identifikasi pulsasi vena jugular interna (bedakan denyutan ini dengan denyutan dari arteri karotis interna di sebelahnya), jika tidak tampak gunakan vena jugularis eksterna.
7. Tentukan titik tertinggi dimana pulsasi vena jugularis interna/eksterna dapat dilihat (Meniscus).
8. Pakailah sudut sternum (sendi manubrium) sebagai tempat untuk mengukur tinggi pulsasi vena. Titik ini ± 4 – 5 cm di atas pusat dari atrium kanan.
9. Gunakan penggaris.
o Penggaris ke-1 diletakan secara tegak (vertikal), dimana salah satu ujungnya menempel pada sudut sternum.
o Penggaris ke-2 diletakan mendatar (horizontal), dimana ujung yang satu tepat di titik tertinggi pulsasi vena (meniscus), sementara ujung lainnya ditempelkan pada penggaris ke-1.
10. Ukurlah jarak vertikal (tinggi) antara sudut sternum dan titik tertinggi pulsasi vena (meniscus).
11. Nilai normal: kurang dari 3 atau 4 cm diatas sudut sternum, pada posisi tempat tidur bagian kepala ditinggikan 30° - 45° (Luckman & Sorensen, 1993, p. 1113).
12. Catat hasilnya.

Menulis dan Membaca Hasil
• Misal = 5+2
• 5: adalah jarak dari atrium ka ke sudut manubrium, dan ini adalah konstanta
• +2: hasilnya—meniscus

Hasil Pengukuran dan Interpretasinya
1. Nilai lebih dari normal, mengindikasikan peningkatan tekanan atrium/ventrikel kanan, misalnya terjadi pada:
a. Gagal jantung kanan
b. Regurgitasi trikuspid
c. Perikardial tamponade
2. Nilai kurang dari normal, mengindikasikan deplesi volume ekstrasel.
3. Distensi unilateral, mengindikasikan obstruksi pembuluh pada salah satu sisi.














Daftar Pustaka
Lanros & Barber. (1997). Emergency nursing with certification preparation & review. (4th ed.). Connecticut: Appleton & Lange.
LeMone & Burke. (2000). Medical surgical nursing critical thinking in client care. (2nd ed.). New Jersey: Prentice Hall Health.
Luckmann & Sorensen. (1993). Medical surgical nursing a psychophysiologic approach. (4th ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth. Ed 8. Editor edisi bahasa Indonesia Monica Ester, Ellen Panggabean. Jakarta: EGC.
Shodikin, M. Mengkaji tekanan vena jugular. Style sheet: http://elearning.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php?id=27966 (diunduh Minggu, 10 Oktober 2010)
Waskito, Budi A. (2008). Anamnesa dan pemeriksaan fisik sitem kardiovaskuler. Style sheet: http://fk.uwks.ac.id%2Felib%2FArsip%2FDepartemen%2FIlmu%2520Kedokteran%2520Terintegrasi%2520-%2520PBL%2Fanamnesa_pemfisik-kardio-budiarief.pdf&rct=j&q=pengukuran%20JVP&ei=FqixTP7gK4nIvQOQuJSABw&usg=AFQjCNHABfBtSHZ4Mfhtb8BIiHhbiYPy_Q&cad=rja (diunduh Minggu, 10 Oktober 2010)

Komentar

Postingan Populer