LP Amye


LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
29 April 2011, Ruang Elang RSJ Soeharto Heerdjan
Amye Hutagalung
0906510621
1. Kasus (masalah utama) :
Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar dan lihat
2. Proses terjadinya masalah :
Halusinasi salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Jenis-jenis halusinasi antara lain halusinasi pendengaran, yaitu ketika klien mendengar suara/bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya, halusinasi penglihatan, yaitu ketika klien melihat gambaran yang jelas/samar-samar tanpa simulus nyata dan orang lain tidak melihatnya, halusinasi penghidu/penciuman, yaitu ketika klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya, halusinasi pengecapan, yaitu ketika klien merasakan makan sesuatu yang tidak nyata - biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak, halusinasi perabaan, yaitu ketika klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
Faktor predisposisi meliputi faktor perkembangan, jika tugas perkembangan seseorang mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. Faktor sosiokultural, yaitu berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan/merasa kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan. Faktor biokimia mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Faktor psikologis, yaitu hubungan interpersonal yang tidak harmonis, adanya peran ganda yang bertentangan yang sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas. Faktor genetik yang dapat berpengaruh dalam proses terjadinya skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu objek tertentu yang mengganggu yang ada di lingkungan dan suasana sepi/isolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
Tanda dan gejala halusinasi adalah menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan. Sering duduk sendiri dengan mulut komat-kamit, ekspresi wajah tegang dan sering mondar-mandir.
Halusinasi memiliki empat tahap, antara lain : tahap 1 (non psikotik) memberi rasa nyaman bagi klien, tingkat ansietas klien sedang, secara umum halusinasi/pengalaman sensori merupakan suatu kesenangan. Karakteristiknya adalah mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah & ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas, serta pikiran & pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran. Pada tahap 2 (non psikotik) klien mulai menyalahkan, tingkat ansietas berat, secara umum halusinasi/pengalaman menyebabkan rasa antipati. Karateristiknya adalah klien memiliki pengalaman sensori menakutkan, mulai merasa kehilangan kontrol, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, dan menarik diri dari orang lain. Pada tahap 3 (psikotik), klien tidak mampu mengontrol diri, tingkat ansietas berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Klien akan menyerah &menerima halusinasi/pengalaman sensorinya, isi halusinasi menjadi lebih atraktif, klien justru akan merasa kesepian bila halusinasi/pengalaman sensorinya berakhir. Pada tahap 4 (psikotik), halusinasi menguasai klien sepenuhnya, tingkat ansietas klie ada pada tahap panik, klien diatur & dipengaruhi oleh halusinasi/pengalaman sensori. Karakteristiknya adalah halusinasi/pengalaman sensori menjadi ancaman, halusinasi dapat berlangsung beberapa jam atau beberapa hari (jika tidak diintervensi).
Akibat halusinasi adalah dapat menyebabkan risiko bunuh diri dan risiko perilaku kekerasan (Stuart & Sundeen, 1995/1998). Hal ini dapat terjadi karena individu dapat mengikuti suara-suara untuk mengakhiri kehidupannya. Misalnya, suara menyuruh untuk memukul-mukul dirinya atau mengejek dirinya dan akhirnya bisa marah dan memukul orang lain.
3. Pohon masalah :
Risiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar dan lihat

Isolasi sosial

4. Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar dan lihat
2. Isolasi sosial
3. Risiko perilaku kekerasan

DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen (1995) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana(1999) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC

Komentar

Postingan Populer